nusakini.com--"Bukannya saya memuji bos saya, tapi Pak Jokowi pernah jadi walikota. Pernah jadi gubernur sekarang jadi presiden," kalimat itu diucapkan Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo saat jadi pembicara di acara sarasehan bertajuk, " Indonesia, Rumah Kita," yang digelar di Jakarta, kemarin. 

Sejumlah tokoh nasional hadir di acara sarasehan itu. Menurut Tjahjo, Presiden Jokowi adalah orang yang ditempa oleh praktek langsung di lapangan. Pengalamanya yang merangkak dari bawah, mulai dari walikota, gubernur sampai jadi presiden, bahkan sempat jadi pengusaha, membuat Jokowi tahu 'permainan' apa saja yang membuat negeri ini bergerak tersendat. 

• Mentan SYL Silaturrahmi ke Menpan RB Tjahjo Kumolo
• Pakde Karwo Bersyukur Mengabdikan Diri di Jatim
• Mendagri : Perencanaan Pembangunan Pusat dan Daerah Harus Sinkron Dengan Janji Kampanye
• Mendagri: Demokrasi Harus Berlandaskan Etika dan Budaya Masyarakat Indonesia
• Mendagri Dukung Langkah KPU, Bawaslu dan Bareskrim Usut Tuntas Pembuat dan Penyebar Berita Hoax

"Dia tahu semua permainan-permainan yang ada. Maka 4 hari sebelum rapat koordinasi, tiga hari dia ke daerah memastikan proyek nasional jalan atau tidak," ujarnya. 

Ia contohkan saat Jokowi jadi gubernur di DKI Jakarta. Di era Jokowi, jalur transportasi di jalan protokoler bisa dibangun. Padahal selama ini, selama 15 tahun, itu mandek. Sebagai orang yang pernah lama berkecimpung di dunia bisnis, Jokowi tahu apa yang harus dikerjakan. Dan, ada lagi contoh yang layak diteladani, keluarganya tak ikut cawe-cawe. Bahkan, putra-putri Presiden, semuanya mandiri. Tidak mau memanfaatkan pengaruh ayahnya. 

"Anaknya lulusan hukum ikut tes CPNS enggak lulus tapi dia enggak mau KKN sama sekali. Ini saya kira kalau seluruh kepala daerah pemahamannya sama, pembangunan daerah berjalan. Bukan hanya gubernur atau bupati tapi ada TNI, kepolisian," kata Tjahjo. 

Tantangan bangsa ini kian kompleks. Tapi kata Tjahjo, bangsa ini tidak boleh mundur kebelakang. Saat ini, salah satu permasalahan yang dihadapi adalah ketimpangan. Belum lagi masalah angka kematian ibu hamil yang masih tinggi. Juga angka kematian ibu karna kanker serviks juga masih tinggi. Ditambah ancaman narkoba, dimana 60 orang perhari meninggal karena barang laknat tersebut. "Ini yang harus kita jawab," ujarnya.(p/ab)